Briptu Norman jadi bintang baru akhir-akhir ini. Ketenarannya melebihi berita apapun di jagat media Indonesia saat ini. Hampir semua acara di stasiun televisi swasta mengundang Briptu Norman yang juga ternyata pandai menyanyi India (bukan lip sync semata). Ada bahkan acara yang sampai mengundangnya dua kali. Belakangan kehadiran Briptu Norman ditemani oleh pejabat Polri dan atasannya sendiri.
Fenomena munculnya Briptu Norman memang luar biasa walau lahir dari hal yang biasa. Rekaman gayanya bernyanyi lip sync dalam usahanya menghibur teman (seperti pengakuannya) didownload ke situs You Tube dan disukai banyak orang. Orang pasti ingat ini juga pernah terjadi dengan Sinta dan Jojo yang bernyanyi lip sync Keong Racun. Saat ini memang eranya internet, dan You Tube telah berhasil menyumbang begitu banyak manfaat buat orang-orang yang berburu sukses di dunia ini. Lihat saja Justin Bieber yang tidak lama lagi akan mampi di Indonesia, kariernya juga diawali dari You Tube. Tapi tentunya apa yang dilakukan Justin Bieber agak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Briptu Norman dan Sinta Jojo.
Mengapa Bisa Suka ?
Banyak pengamat mungkin bertanya-tanya mengapa fenomena “selebriti kilat” ala You Tube saat ini mulai marak di Indonesia. Tidak pernah ada yang tahu karena sebenarnya banyak juga yang berusaha terkenal tetapi tidak mendapat perhatian seperti Sinta Jojo dan Briptu Norman walau awalnya hanya Lip Sync saja. Faktor “keberuntungan” bisa jadi menjadi penyebab utama. Uniknya video Sinta dan Jojo dan gaya centilnya membuat banyak orang senang melihatnya. Mereka juga dibantu oleh KASKUS suatu situs Komunitas Internet terbesar di Indonesia yang aktif mendiskusikan mereka lewat forum dan thread. Jadilah mereka fenomena yang akhirnya menyita perhatian karena media ikut membantu memberitakan dengan bombastis.
Yang terjadi dengan Briptu Norman setali tiga uang. Sosok polisi yang biasanya dikenal kurang bersahabat dengan masyarakat (walaupun tagline Melayani dan Melindungi selalu didengungkan) menjadi tidak terlalu kentara di sosok Briptu Norman. Gayanya yang “asyik” dan cuek menirukan Shahruk Khan dalam lagu Chaiya Chaiya membuat kita menjadi tertawa karena ada sosok polisi yang seperti itu. Sesuatu yang berbeda tentunya menjadi suatu hal yang menarik. Dan lagi-lagi media ikut memberitakannya dengan Bombastis. Di era media sekarang ini, apapun yang kecil bisa jadi besar, apapun yang besar bisa jadi kecil karena pengaruh media dan pemberitaannya.
Penonton Yang Sangunis Melankolis dan Selalu Ingin Tahu
Apa yang menyebabkan fenomena “selebriti kilat” ini menjadi begitu mudah terjadi di masyarakat kita ? Tak lain adalah karena kepribadian masyarakat kita yang Melankolis sekaligus Sanguinis. Masyarakat kita mudah terharu dan mudah ikut arus tetapi juga suka dengan kesenangan dan kehebohan. Masyarakat kita mudah digerakkan dengan suatu hal-hal yang menyentuh dan juga sekaligus hal-hal yang menghebohkan. Masyarakat penonton kita yang rata-rata perempuan dan adalah ibu rumah tangga lebih mudah lagi digerakkan hatinya. Lihat saja berbagai macam acara di TV, selalu menyelipkan hal-hal yang diupayakan menggugah perasaan ini. Sorotan kamera ke penonton talkshow yang menangis, mengharu biru adalah sajian yang makin sering datang ke hadapan kita. Cacian makian dan delikan mata para artis sinetron muda mampu membuat penonton kita ikut-ikutan membenci si tokoh antagonis dan semakin menyukai si protagonis. Semua melibatkan perasaan dan penonton kita yang melankolis menjadi sasaran yang empuk untuk hal-hal seperti ini.
Coba saja belakangan ini berita tentang briptu Norman sudah mulai menyentuh ranah pribadinya. Siapa pacarnya, apa yang ingin dia lakukan nanti, bagaimana keluarganya, bagaimana dia dulu di sekolah dan hal-hal pribadi yang sebenarnya bukan ranah yang perlu diketahui orang. Ini karena selain melankolis, mudah dipengaruhi masyarakat kita adalah masyarakat yang menyenangi jika mampu mengetahui rahasia orang lain. Pendek kata penonton kita adalah penonton yang ingin tahu dan seringkali “sok tahu”. Penonton kita bisa ribut dengan tetanganya jika memperbincangkan artis sinetron. Masing-masing merasa lebih tahu dan hal itu dibanggakan sebagai sesuatu hal yang perlu dipamerkan.
Jangan Lupakan Yang Besar
Fenomena selebriti kilat memang menarik untuk dibahas. Tetapi kita sebagai masyarakat janganlah lupa kalau banyak masalah bangsa yang lebih besar daripada sekedar membicarakan selebriti kilat. Pergunakan energi kita untuk membicarakan hal-hal yang lebih baik untuk kepentingan bangsa. Berbicara tentang Briptu Norman memang tidak ada salahnya, tetapi ada baiknya juga kita mengingatkan bapak-bapak Polisi untuk tidak lupa untuk mengurus korupsi yang semakin merajalela. Kita berharap kasus-kasus besar tidak dikesampingkan hanya untuk memberitakan yang hanya akan menjadi fenomena seumur jagung.
Banyak pihak yang pasti senang dengan fenomena selebriti kilat ini karena mengeyampingkan berita yang lebih besar dan seharusnya menjadi perhatian yang serius. Semoga kita bukan menjadi bangsa yang mudah lupa dan menganggap hal-hal yang tidak terlalu penting menjadi penting dan sebaliknya menganggap hal penting menjadi tidak penting.
Kita tentunya mengharapkan fenomena Briptu Norman dilihat dari sudut yang positif. Ada baiknya juga kita selalu ingat pada pepatah yang pernah sering didengungkan Alm. Kang Ebet Kadarusman "Memang baik menjadi orang penting namun lebih penting menjadi orang baik"
Zaman sekarang banyak orang berlomba-lomba untuk  menjadi orang terkenal karena bukan lagi perkara sulit. Akan tetapi ‘perlombaan’ yang mereka lakukan, sudah barang tentu banyak hal-hal kebaikan yang kerap diacuhkan Padahal semestinya yang dikejar tiap orang haruslah lebih ke nilai kebaikan terserap ke dirinya bukannya mengabaikan nilai-nilai kebaikan hanya untuk mendapatkan pengakuan sebagai ‘orang penting’